Biang Kerok Penerimaan Pajak Turun di Indonesia 2025

evil-world.com – Biang kerok penerimaan pajak turun menjadi isu panas setelah realisasi penerimaan pajak hingga September 2025 hanya Rp 1.295,3 triliun, anjlok 4,4% dibandingkan tahun sebelumnya, menurut laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada 14 Oktober 2025. Oleh karena itu, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ungkapkan penurunan harga komoditas seperti batu bara, minyak, dan nikel sebagai faktor utama, meski sektor manufaktur dan jasa masih beri kontribusi positif. Dengan demikian, biang kerok penerimaan pajak turun ini juga melibatkan sistem Coretax yang bermasalah dan restitusi pajak tinggi, yang bikin penerimaan bersih tergerus. Selain itu, total pendapatan negara turun 7,2% menjadi Rp 1.863,3 triliun, tekan defisit APBN hingga Rp 371,5 triliun. Berikut analisis lengkap penyebab, dampak, dan solusi, dirangkum pada 15 Oktober 2025.

1. Penurunan Harga Komoditas: Batu Bara, Minyak, Nikel Jadi Penyebab Utama

Biang kerok penerimaan pajak turun pertama adalah anjloknya harga komoditas ekspor. Dengan kata lain, Purbaya sebut, “Penurunan harga batu bara 11,8% YoY, minyak 5,2%, dan nikel 5,9% bikin PPh Badan dan PPN DN tertahan.” Selanjutnya, realisasi PPh Badan Rp 174,47 triliun turun 9,1%, PPN DN Rp 350,62 triliun anjlok 12,8%. Untuk itu, ekspor batu bara Indonesia, sumber PPh Badan 30%, tertekan harga global US$100/ton dari US$120/ton 2024. Oleh sebab itu, nikel, yang kontribusi 15% PPN, turun akibat over-supply dari China. Dengan begitu, sektor manufaktur dan jasa naik 5%, tapi tak tutup defisit. Akibatnya, penerimaan pajak capai 62,4% dari target Rp 2.076,9 triliun.

2. Sistem Coretax: Implementasi Bermasalah Hambat Penerimaan

Biang kerok penerimaan pajak turun kedua adalah sistem Coretax, yang diluncurkan 1 Januari 2025. Dengan kata lain, pakar perpajakan Ronny Bako sebut, “Coretax jadi biang keladi anjlok 41,9% pada Januari 2025, karena WP kesulitan lapor.” Selanjutnya, realisasi Januari 2025 Rp 88,89 triliun turun 41,86% dari Rp 152,89 triliun 2024. Untuk itu, keluhan WP soal bug sistem dan verifikasi lambat bikin setoran tertunda. Oleh sebab itu, Purbaya akui, “Coretax bermasalah, kami undang pihak eksternal perbaiki.” Dengan begitu, restitusi pajak melonjak Rp 144,48 triliun semester I 2025, naik 77,8% YoY, tekan penerimaan bersih. Akibatnya, DJP beri kelonggaran setoran hingga Maret 2025.

3. Restitusi Pajak Tinggi: Pengembalian Rp 144 T Tekan Bersih

Biang kerok penerimaan pajak turun ketiga adalah restitusi tinggi. Dengan demikian, Dirjen Pajak Bimo Wijayanto sebut, “Restitusi Rp 144,48 triliun semester I 2025 naik 77,8%, bikin penerimaan bersih anjlok.” Selanjutnya, kebijakan TER PPh 21 sebabkan overpayment Rp 16,5 triliun, yang diklaim kembali awal 2025. Untuk itu, PPh 21 Januari 2025 Rp 15,96 triliun turun 43,64%. Oleh sebab itu, strategi DJP percepat pemeriksaan restitusi untuk kurangi backlog. Dengan begitu, PPh Badan turun 77,14% Januari. Akibatnya, target penerimaan 2025 Rp 2.076,9 triliun terancam.

4. Dampak pada APBN dan Ekonomi Nasional

Biang kerok penerimaan pajak turun tekan APBN. Dengan demikian, pendapatan negara hingga September Rp 1.863,3 triliun turun 7,2%, defisit Rp 371,5 triliun. Selanjutnya, belanja negara Rp 2.234,8 triliun, termasuk subsidi energi dan bansos. Untuk itu, BI sebut IKK turun, konsumsi rumah tangga lemah. Oleh sebab itu, analis Celios Nailul Huda pesimis target Rp 2.076,9 triliun. Dengan begitu, utang naik 19,42% atau Rp 220 triliun Februari 2025. Akibatnya, PDB diproyeksi 5,1% akhir tahun.

5. Solusi dan Prospek Penerimaan Pajak 2026

Biang kerok penerimaan pajak turun diatasi dengan strategi. Dengan demikian, DJP perbaiki Coretax dengan undang eksternal. Selanjutnya, percepat pemerikasi restitusi. Untuk itu, OJK dorong green bond Rp 20,15 triliun 2024. Oleh sebab itu, Purbaya target serapan Rp 71 triliun MBG 2025. Dengan begitu, APBN 2026 Rp 268 triliun + Rp 67 triliun cadangan lebih siap. Akibatnya, penerimaan pulih 10% 2026.

Kesimpulan Biang kerok penerimaan pajak turun adalah harga komoditas anjlok, Coretax bermasalah, dan restitusi Rp 144 T. Oleh karena itu, realisasi 62,4% target Rp 2.076,9 triliun tekan APBN. Dengan demikian, Purbaya sebut manufaktur naik 5%. Untuk itu, perbaiki Coretax sekarang. Akibatnya, ekonomi stabil

Share: Facebook Twitter Linkedin