
Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis, Tradisional 2025
evil-world.com – Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis adalah elemen dasar seni musik yang menentukan susunan nada dalam sebuah komposisi. Dari do-re-mi hingga laras pelog, tangga nada ciptakan nuansa beragam, dari gembira hingga khidmat. Artikel ini jelaskan pengertian, jenis, unsur, dan contoh lagu, berdasarkan sumber pengguna per 23 September 2025, 08:45 WIB.
Pengertian Tangga Nada dalam Musik
Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis adalah urutan nada berjenjang dengan jarak tertentu, menurut e-Modul Seni Musik Kelas XI (2018) Kemdikbud. Jarak nada bervariasi (½, 1, 1½, 2), ciptakan karakter lagu. Selain itu, tangga nada atur melodi, seperti do-re-mi-fa-sol-la-si atau laras pelog. Dengan demikian, setiap jenis punya ciri unik. Misalnya, “Indonesia Raya” gunakan diatonis mayor untuk kesan megah. Untuk itu, Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis kunci harmoni musik.
Unsur Tangga Nada
Tangga nada punya unsur:
- Jarak Nada: Tentukan interval (½, 1, dll.), bedakan mayor/minor.
- Urutan Nada: Susunan berjenjang, seperti C-D-E atau ji-ro-lu.
- Fungsi: Ciptakan nuansa gembira, sedih, atau khidmat.
Selain itu, unsur ini bentuk identitas lagu. Dengan demikian, musisi pilih tangga nada sesuai emosi. Misalnya, pelog untuk lagu khidmat. Untuk itu, Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis esensial.
Jenis-Jenis Tangga Nada dan Contohnya
Berikut jenis tangga nada, dikutip dari Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan: Seni Budaya Seni Musik SMA (2018):
1. Tangga Nada Kromatis
Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis dimulai dengan kromatis, punya 12 nada per oktaf, jarak ½ nada (C-C#-D-D#-E-F-F#-G-G#-A-A#-B). Nama “kromatis” dari bahasa Yunani, berarti warna, beri nuansa kompleks. Selain itu, cocok untuk musik jazz, klasik. Dengan demikian, jarang di lagu tradisional. Misalnya, improvisasi piano jazz gunakan kromatis. Untuk itu, fleksibel tapi teknis.
2. Tangga Nada Diatonis
Diatonis punya 7 nada (do-re-mi-fa-sol-la-si), umum di musik modern seperti pop, rock. Ada dua jenis:
a. Diatonis Mayor
Interval 1-1-½-1-1-1-½ (C-D-E-F-G-A-B-C). Selain itu, beri nuansa gembira. Contoh lagu:
- “Indonesia Raya” (W.R. Supratman)
- “Halo-Halo Bandung”
- “Bintang Kecil”
Dengan demikian, cocok untuk lagu nasional. Misalnya, nada C mayor ciptakan semangat. Untuk itu, populer di berbagai genre.
b. Diatonis Minor
Interval 1-½-1-1-½-1-1 (A-B-C-D-E-F-G-A). Mulai dari nada ke-6 (la), beri nuansa sedih. Contoh lagu:
- “Gugur Bunga”
- “Hymne Guru”
- “Syukur”
Jenis minor:
- Minor Asli: A-B-C-D-E-F-G-A.
- Minor Harmonis: Nada ke-7 naik ½ (G#), jadi A-B-C-D-E-F-G#-A.
- Minor Melodis: Nada ke-6 dan ke-7 naik ½ (F#, G#), jadi A-B-C-D-E-F#-G#-A.
Dengan demikian, minor cocok untuk lagu emosional. Misalnya, “Gugur Bunga” gunakan minor harmonis. Untuk itu, Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis serbaguna.
3. Tangga Nada Pentatonis
Pentatonis gunakan 5 nada dari 7 nada diatonis, ciptakan nuansa sederhana. Dua jenis utama:
a. Pentatonis Mayor
Nada 1-2-3-5-6 (C-D-E-G-A). Selain itu, beri kesan ceria. Contoh lagu:
- “Anak Kambing Saya”
- “Tokecang” (Jawa Barat)
b. Pentatonis Minor
Nada 6-1-2-3-5 (A-C-D-E-G). Nuansa sedih atau tenang. Contoh lagu:
- “Es Lilin” (Jawa Barat)
- “Cublak-Cublak Suweng” (Jawa Tengah)
Dengan demikian, pentatonis populer di musik tradisional. Misalnya, gamelan gunakan pentatonis. Untuk itu, sederhana tapi kaya.
4. Tangga Nada Tradisional
Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis meliputi tradisional, terutama pentatonis pelog dan slendro, umum di musik Jawa, Bali, Sunda, Cina, Jepang.
a. Pelog
Nada 1-3-4-5-7 (ji-lu-pat-mo-pi). Bersifat khidmat, tenang. Contoh lagu:
- “Suwe Ora Jamu” (Jawa Tengah)
- “Gundul Pacul” (Jawa Tengah)
- “Macepet Cepetan” (Bali)
b. Slendro
Nada 1-2-3-5-6 (ji-ro-lu-mo-nem). Bersifat gembira, semangat. Contoh lagu:
- “Lir Ilir” (Jawa Tengah)
- “Cing Cangkeling” (Jawa Barat)
Selain itu, alat musik seperti gamelan cocok untuk pelog/slendro. Dengan demikian, tradisional wujudkan identitas budaya. Misalnya, “Lir Ilir” ciptakan semangat via slendro. Untuk itu, Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis kaya budaya.
Fungsi Tangga Nada dalam Musik
Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis punya fungsi:
- Ciptakan Nuansa: Mayor gembira, minor sedih, pelog khidmat.
- Struktur Melodi: Atur susunan nada agar harmonis.
- Identitas Budaya: Pelog/slendro wujudkan musik Nusantara.
- Fleksibilitas Genre: Kromatis untuk jazz, diatonis untuk pop, pentatonis untuk tradisional.
Dengan demikian, tangga nada pandu komposer. Misalnya, “Indonesia Raya” gunakan diatonis mayor untuk kesan megah. Untuk itu, esensial dalam komposisi.
Tantangan Memahami Tangga Nada bagi Pemula
Pemula sulit bedakan diatonis mayor/minor atau pelog/slendro. Selain itu, kromatis kompleks karena 12 nada. Dengan demikian, latihan dengar lagu seperti “Gundul Pacul” (pelog) bantu. Misalnya, mainkan piano untuk pahami interval. Untuk itu, praktik kunci pemahaman.
Peran Tangga Nada dalam Musik Modern dan Tradisional
Musik modern (pop, rock) gunakan diatonis, sedangkan tradisional seperti gamelan andalkan pentatonis. Selain itu, kromatis tambah warna di jazz. Dengan demikian, tangga nada hubungkan genre. Misalnya, musisi modern eksplor pelog untuk nuansa etnik. Untuk itu, Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis serba guna.
Kesimpulan
Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis adalah urutan nada berjenjang yang bentuk karakter lagu. Kromatis (12 nada) untuk jazz, diatonis (mayor/minor) untuk pop, pentatonis (pelog/slendro) untuk tradisional. Contoh lagu “Indonesia Raya” (diatonis mayor) hingga “Lir Ilir” (slendro) tunjukkan keragaman. Oleh karena itu, tangga nada kunci harmoni. Dengan demikian, musisi wajib pahami. Untuk itu, Tangga Nada Kromatis, Diatonis, Pentatonis tak terpisahkan dari musik.