evil-world.com – Tarif Trump Lesukan Ekspor Furnitur Indonesia ke Amerika Serikat (AS), tujuan ekspor utama yang serap 53,6% furnitur RI pada 2024. Presiden AS Donald Trump terapkan tarif resiprokal 19% mulai Agustus 2025, turun dari 32% setelah negosiasi dengan Presiden Prabowo Subianto. Industri furnitur, yang pekerjakan 962.000 tenaga kerja, hadapi ancaman PHK dan penurunan daya saing. Artikel ini mengulas kebijakan tarif Trump, dampak pada industri furnitur, tantangan bahan baku, strategi pemerintah, dan peluang pasar baru, per 29 September 2025, 07:51 WIB.
Tarif Trump Lesukan Ekspor Furnitur ke Pasar AS
Tarif Trump Lesukan Ekspor Furnitur dengan kenaikan tarif dari 0-3% menjadi 10-13% untuk furnitur kayu, efektif 1 Agustus 2025. Selain itu, AS serap 58,2% ekspor furnitur RI (HS 94), bernilai US$1,9 miliar pada 2023. Untuk itu, kenaikan harga akibat tarif kurangi permintaan dari importir AS. Meski begitu, negosiasi Prabowo turunkan tarif dari 32% ke 19%. Oleh karena itu, industri furnitur hadapi tekanan besar. Dengan demikian, eksportir harus cari solusi cepat.
Dampak pada Industri Furnitur dan Tenaga Kerja
Tarif Trump Lesukan Ekspor Furnitur hingga ancam 962.000 pekerja di sektor furnitur, terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selain itu, penurunan permintaan AS berisiko picu PHK massal, seperti di industri tekstil yang pekerjakan 3,98 juta orang. Untuk itu, UMKM furnitur, yang sumbang 30% ekspor, alami penurunan order. Meski begitu, Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dorong inovasi desain. Oleh karena itu, pelaku usaha harus tingkatkan nilai tambah. Dengan demikian, industri tetap bertahan meski tertekan.
Tantangan Bahan Baku dan Keberlanjutan
Tarif Trump Lesukan Ekspor Furnitur diperparah keterbatasan kayu berkualitas. Selain itu, furnitur kayu sumbang 52,62% ekspor, tetapi regulasi lingkungan batasi pasokan. Untuk itu, rotan (9,74% ekspor) dan bambu (0,07%) jadi alternatif, meski kurang kompetitif tanpa teknologi modern. Meski begitu, larangan ekspor rotan mentah beri peluang hilirisasi. Oleh karena itu, pemerintah dorong pengelolaan hutan lestari. Dengan demikian, keberlanjutan bahan baku jadi kunci daya saing.
Strategi Pemerintah Hadapi Tarif Trump
Tarif Trump Lesukan Ekspor Furnitur, namun pemerintah lakukan negosiasi bilateral. Selain itu, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto tawarkan impor migas dan pangan AS untuk tekan tarif. Untuk itu, insentif pajak dan penyederhanaan regulasi ekspor, seperti e-Certificate of Origin, dipercepat. Meski begitu, kekosongan duta besar RI di AS sempat hambat diplomasi. Oleh karena itu, penguatan ITPC dan diaspora dimaksimalkan. Dengan demikian, ekspor furnitur tetap kompetitif di pasar global.
Peluang Diversifikasi Pasar Ekspor
Tarif Trump Lesukan Ekspor Furnitur, tetapi buka peluang pasar baru. Selain itu, Timur Tengah dan Eropa Timur, dengan permintaan furnitur halal dan berkualitas, jadi alternatif. Untuk itu, Vietnam manfaatkan perang dagang AS-China, dan Indonesia bisa ikuti strategi serupa. Meski begitu, biaya logistik 25-30% lebih mahal ketimbang Vietnam hambat daya saing. Oleh karena itu, digitalisasi dan sertifikasi internasional perlu ditingkatkan. Dengan demikian, furnitur RI bisa rebut pangsa pasar baru.
Kesimpulan
Parah! Tarif Trump Lesukan Ekspor Furnitur RI ke AS hadirkan tantangan besar bagi industri furnitur Indonesia. Selain itu, kenaikan tarif 19% ancam daya saing dan pekerjaan. Untuk itu, inovasi desain, hilirisasi rotan, dan diversifikasi pasar jadi solusi. Meski begitu, tantangan logistik dan bahan baku perlu diatasi. Dengan demikian, Tarif Trump Lesukan Ekspor Furnitur dorong transformasi industri untuk lebih kompetitif dan berkelanjutan.